PENGARUH TEKNIK MASSAGE TERHADAP
PENGURANGAN NYERI
PERSALINAN
KALA I FASE AKTIF
ABSTRAK
Persalinan
adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan
kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Studi pendahuluan ini menunjukkan
bahwa dari 10 ibu inpartu kala I fase aktif setelah diberikan perlakuan massage
terjadi pengurangan rasa nyeri, yang semula terdapat ada 6 ibu primipara yang
mengalami nyeri yang sangat berat, setelah diberikan massage rasa nyeri
yang dirasakan ibu menjadi berkurang, yang 2 ibu menjadi nyeri berat, yang 4
ibu menjadi nyeri sedang. Selain itu ada 4 ibu multipara yang mengalami nyeri
berat, setelah diberikan massage rasa nyeri yang dirasakan ibu juga
berkurang yang 1 ibu mengalami nyeri sedang dan yang 3 ibu mengalami nyeri
ringan.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh sebelum diberi teknik massage
dan sesudah diberi teknik massage terhadap pengurangan rasa nyeri
perasalinan kala 1 fase aktif.
Metode
Penelitian ini Menggunakan eksperimen semu dengan pendekatan Pretest-Postest
Design. Dengan jumlah responden sebanyak 32 orang ibu bersalin di Bidan Noor
Laila Banyuputih Kalinyamatan Jepara.
Hasil uji
t-test diperoleh bahwa ada pengaruh yang signifikan yaitu adanya pegurangan
rasa nyeri kala I fase aktif sebelum dilakukan dan sesudah dilakukan dengan
nilai (t hitung = 2,931 ≥ t tabel = 2,042) dan (p-value = 0,006 <= 0,05).
Kesimpulan
penelitian ini adalah ada pengaruh teknik massage terhadap pengurangan nyeri
persalinan kala I fase aktif.
Kata
Kunci: Massage, Nyeri persalinan kala I fase aktif.
PENDAHULUAN
Persalinan
dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. Persalinan adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk
dapat marasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Tetapi persalinan juga
disertai rasa nyeri yang membuat kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh rasa
takut dan cemas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat
primitif, persalinannya lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah
maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%) persalinan
disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2002).
Nyeri persalinan merupakan masalah yang sangat
mencemaskan bagi ibu inpartu, khususnya ibu primigravida, dan
biasanya yang paling sering dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan
metode massage, baik oleh petugas kesehatan, keluarga pasien maupun
pasien itu sendiri. Tetapi kadang kala metode massage yang dilakukan tidak pada
tempatnya sehingga hasilnya tidak efisien. Salah satu contohnya pada
pelaksanaan teknik deep back massage, dimana seharusnya penekanan
dilakukan tepat pada daerah secrum dengan telapak tangan dan posisi ibu
dalam keadaan berbaring miring tetapi kadang kala penatalaksanaan tidak sesuai
sehingga nyeri yang dirasakan oleh pasien tidak berkurang. Hal ini mungkin
diakibatkan oleh posisi ibu tidak dalam keadaan berbaring miring, atau
penekanannya tidak tepat pada daerah secrum. Hal ini tidak dilakukan
satu kali saja tetapi harus berulang kali. Begitu juga dengan metode massage
yang lain (Kholisotin, 2010). Salah satu metode yang sangat efektif dalam
menanggulanginya adalah dengan massage yang merupakan salah satu metode
nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori massage
adalah teori gate control yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall
(dalam Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997). Teori ini menjelaskan
tentang dua macam serabut syaraf berdiameter kecil dan serabut berdiameter
besar yang mempunyai fungsi berbeda. Bidan mempunyai andil yang sangat besar
dalam mengurangi nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam
pendekatan nonfarmakologi adalah analgesia psikologis yang dilakukan
sejak awal kehamilan, relaksasi, massage, stimulasi kuteneus,
aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga (Gadysa, 2009). Studi yang dilakukan
oleh National Birthday Trust terhadap 1000 wanita menunjukkan bahwa 90% wanita
merasakan manfaat relaksasi dan pijatan untuk meredakan nyeri (Findley dan
Chamberlain,1999). Dua studi skala kecil menunjukkan bahwa pijatan dapat
memberikan manfaat bagi wanita hamil dan wanita bersalin. Wanita yang mendapat
pijatan secara teratur selama kehamilan mengalami penurunan kecemasan,
penurunan nyeri punggung, dan dapat tidur lebih nyenyak dibandingkan wanita
yang tidak mendapat pijatan. Wanita yang mendapat pijatan selama persalinan
mengalami penurunan kecemasan, pengurangan nyeri, dan waktu persalinan lebih
pendek secara bermakna (Schott dan Priest, 2002). Hasil studi pendahuluan bulan
Januari 2011 di Bidan Noor Laila Jepara, terdapat 10 ibu inpartu kala I fase
aktif mengalami nyeri persalinan, lalu diberikan intervensi pada ibu inpartu
kala I fase aktif dengan menggunakan teknik massage. Studi pendahuluan
ini menunjukkan bahwa dari 10 ibu inpartu kala I fase aktif setelah diberikan
perlakuan massage terjadi pengurangan rasa nyeri, yang semula terdapat ada 6
ibu primipara yang mengalami nyeri yang sangat berat, setelah diberikan massage
rasa nyeri yang dirasakan ibu menjadi berkurang, yang 2 ibu menjadi nyeri
berat, yang 4 ibu menjadi nyeri sedang. Selain itu ada 4 ibu multipara yang
mengalami nyeri berat, setelah diberikan massage rasa nyeri yang
dirasakan ibu juga berkurang yang 1 ibu mengalami nyeri sedang dan yang 3 ibu
mengalami nyeri ringan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh teknik massage terhadap
pengurangan rasa nyeri persalinan kala 1 fase aktif di Bidan Noor Laila
Banyuputih Kalinyamatan Jepara.
TINJAUAN
PUSTAKA
Konsep
Dasar Nyeri
1.
Pengertian nyeri
Rasa nyeri
merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan
rusak, dan hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan
stimulus nyeri. Bila kulit nyeri akibat iskemia, maka secara tak sadar orang
itu akan mengubah posisinya (Guyton, 1997).
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman baik
ringan ataupun berat (Robert, 1995). Menurut International Association for
Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensasi subyektif dan emosional yang
tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
2.
Klasifikasi Nyeri
a.
Menurut Etiologinya
Selama
kala satu persalinan, penyebab nyeri terutama dari rangsangan reseptor-reseptor
adnexa, uterus, dan ligamentum-ligamentum panggul.
1) Nyeri fisiologis adalah nyeri yang timbul karena adanya
kerusakan organ tubuh.
2)
Nyeri psikologi adalah nyeri yang penyebab fisiologisnya tidak teridentifikasi.
b.
Menurut Serangan
Klasifikasi
nyeri menurut serangan (Smeltzer,S.C dan Bare,B.G, 2002) adalah sebagai berikut
:
1)
Nyeri akut
Nyeri
akut merupakan nyeri yang bersifat sementara, terjadi kurang dari enam bulan,
biasanya nyeri dirasakan mendadak dan area nyeri dapat diidentifikasi.
Mempunyai karakteristik gejala nyeri berkeringat, pucat, peningkatan tekanan
nadi dan pernafasan, dilatasi pupil, kekejangan otot dan kecemasan.
2)
Nyeri kronis
Nyeri
kronis merupakan nyeri yang bertahan lebih dari enam bulan, sumber nyeri tidak
dapat diketahui dan nyeri sulit untuk dihilangkan. Sensasi nyeri dapat berupa
nyeri difusi sehingga sulit diidentifikasi secara spesifik sumber nyeri
tersebut.
c.
Menurut Lokasi Serangan
Klasifkasi
nyeri menurut lokasi serangan (Long B.C, 1996) adalah sebagai berikut :
1)
Nyeri somatik
Terbagi
menjadi dua jenis yaitu nyeri superficial, yang merupakan nyeri akibat
kerusakan jaringan kulit dan nyeri deep somatic merupakan nyeri yang
ditimbulkan karena kerusakan di dalam ligamen dan tulang.
2)
Nyeri viseral
Nyeri
viseral merupakan nyeri yang timbul akibat adanya gangguan pada organ bagian
dalam, misalnya pada, kranium dan thoraks.
3)
Nyeri alih
Merupakan
nyeri yang menjalar dan terasa pada lokasi lain dari lokasi yang sebenarnya
terkena serangan.
4)
Nyeri psikogenik
Nyeri
psikogenik merupakan nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiologisnya.
5)
Nyeri phantom
Nyeri
phantom merupakan nyeri yang dirasakan oleh individu pada salah satu
ekstremitas yang telah diamputasi.
6)
Nyeri neurologis
Merupakan
nyeri dalam sistem neurologis yang timbul dalam berbagai bentuk, seperti
neuralgia.
3.
Respon tubuh terhadap nyeri
a.
Respon simpatis
Respon
simpatis sering dihubungkan dengan nyeri ringan sampai sedang atau nyeri
superficial. Gejala obyektif yang muncul adalah penurunan tekanan darah, senyut
nadi, pernafasan, ketegangan otot, dilatasi pupil dan diaphoresis.
b.
Respon parasimpatis
Respon
para simpatis sering dihubungkan dengan nyeri yang berat atau nyeri dalam.
Gejala obyetif yang muncul adalah penurunan tekanan darah, denyut nadi, mual,
muntah, frustasi, pucat dan kemungkinan hilang kesadaran.
c. Respon
prilaku
Respon
prilaku yang muncul adalah mengatur posisi tubuh, meringgis, menyeringai,
menangis, gelisah, meremas tangan dan menggosok area yang sakit.
d. Upaya
Reduksi dan Modifikasi Nyeri
Ada dua
pendekatan dalam menanggulangi nyeri yaitu pendekatan secara medis dan
pendekatan secara non medis. Pendekatan medis adalah pendekatan dengan
menggunakan obat (analgesia dan anastesi). Sedangkan non medis tidak
menggunakan obat, yaitu melalui cara-cara alamiah atau disebut juga terapi
alternatif.
Nyeri
Persalinan
1.
Pengertian Nyeri Persalinan
Nyeri
persalinan kala I adalah kontraksi ritmik uterus dan dilatasi servik yang
progresif dimana impuls saraf aferen dari servik dan uterus ditransmisikan ke
medula spinalis melalui segmen Thorakal 10 – Lumbal. Nyeri adalah bagian
integral dari persalinan dan melahirkan (Mander, 2004). Tidak seperti yang
diyakini sebelumnya yaitu suatu hasil langsung dari pengaruh sosial, kulural
dan emosional saja dalam masyarakat yang beradab, tetapi lebih pada kulminasi
faktor fisiologis dan psikologis (Mander, 2004). Neuroanatomi Nyeri adalah
sensasi nyeri yang dihasilkan oleh jaringan serat saraf kompleks yang
melibatkan sistem saraf perifer dan sentral. Dalam nyeri persalinan, sistem
saraf otonom dan erutama komponen simpatis juga berperan dalam sensasi (Mander,
2004).
2.
Patofisiologi Nyeri Persalinan
Selama
kala I persalinan, nyeri diakibatkan oleh dilatasi serviks dan segmen bawah
uterus, distensi korpus uteri serta adanya tarikan pada ligamen (Bonica dan
Chadwick, 1989). Intensitas nyeri selama kala ini diakibatkan oleh kekuatan
kontraksi dan tekanan yang dibangkitkan. Semakin besar distensi abdomen,
intensitas nyeri menjadi lebih berat. Nyeri ini dialihkan ke dermaton yang
disuplay oleh segmen medulla spinalis. Dermaton adalah daerah tubuh yang
dipersarafi oleh syaraf spinalis khusus, seperti dermaton 12 mengacun pada
dermatin thorasikus ke-12 (T12). Nyeri dirasakan sebagai nyeri tumpul yang lama
pada kala I dan terbatas pada dermaton thorasikus ke-11 dan ke-12 (T12).
Kemudian pada kala I persalinan, nyeri pada dermaton T11 dan T12 menjadi lebih
berat, tajam dan kram, serta menyebar ke darmaton T10 dan L1 (Rosemary, 2003).
Menurut
Ismarwati (2005), teknik dalam mengurangi rasa nyeri saat persalinan adalah :
1. Napas
Panjang
Saat nyeri
timbul, tarik napas panjang melalui hidung. Boleh sambil dihitung hingga
hitungan ke-10 lalu keluarkan atau tiupkan udara secara perlahan-lahan lewat
mulut. Lakukan ini tiap kali nyeri timbul. Ingat, jangan sekali-kali mengejan
sebelum diinstruksikan dokter/bidan, karena hal ini malah akan menambah rasa
nyeri dan menguras tenaga.
2. Usapan
pada Perut
Pada
posisi berbaring kepala ditinggikan dengan 1 sampai 2 bantal santai, usaplah-usaplah
perut dengan kedua tangan sejajar pingang secara lembut. Sebaiknya pendamping
seperti suami atau orang tua turut melakukan usapan ini.
3.
Masase (Pengurutan) pada Punggung
Pada
posisi tidur miring, lakukan pengurutan pada daerah punggung pada saat rasa
nyeri semakin meningkat.
4.
Mengosongkan Kandung Kemih
Jangan
menahan berkemih, segera buang air kecil setiap Anda terasa ingin sehingga akan
dapat mengurangi timbulnya rasa nyeri yang semakin meningkat.
5. Berdoa
Disamping
sebelumnya berdoa dengan doa-doa unuk memohon persalinan lancar, pada saat
nyeri mulai timbul berdoalah dengan doa-doa untuk mengatasi/mengurangi rasa
nyeri (Ismarwati, 2005).
6. Pijat
Menjelang Melahirkan
Selama
melahirkan, pijatan dapat menolong untuk menciptakan rasa rileks dan
ketenangan. Apabila pijaan dilakukan oleh calon ayah, hal itu akan memberikan
kesempatan untuk menjadi bagian dari pengalaman itu Pijatan dapat meringankan
rasa sakit khususnya sakit punggung, merilekskan otot dan dapat menolong
mengatur kontraksi dankecepatan saat mengeluarkan bayi. Sekarang ini pemulihan
secara ortodoks dan komplementer dapat dilakukan bersama-sama petugas rumah
sakit akan menghormati pilihan para ibu(Gichara,2006).
Teknik Massage
Salah satu
upaya alternatif dalam penanggulangan nyeri persalinan adalah dengan
menggunakan teknik massage.
1.
Pengertian Teknik Massage
Teknik Massage
berasal dari bahasa Prancis yang berarti ”Skimming the Surface”. Makna
menurut bahasa Indonesia adalah ”Mengambil buih di permukaan”. Teknik massage oleh
petugas kesehatan merupakan teknik pijatan dengan menggunakan telapak jari
tangan dengan pola gerakan melingkar di beberapa bagian tubuh atau usapan
sepanjang abdomen, punggung dan ekstremitas yang dilakukan oleh petugas
kesehatan menjelang persalinan (Danuatmaja, 2004).
Teknik Massage
adalah beberapa pemijatan ringan yang menelusur melalui kulit tetapi tidak
di gunakan tekanan atau gerakan yang dapat menekan otot massage dilakukan pada
wanita bersalin atau oleh partner atau suami atau penolong persalinan. Kedua
tangan dengan posisi longgar dan terpisah menutupi bagian bawah perut ibu dan
bentuk sirkuler. Kemudian mengarah dari bagian fundus ke bawah, ke samping luar
umbilicus dan keatas dan memutar atau pada arah yang berlawanan. Lingkaran yang
pelan dan ritmik di gambar dengan ujung jari pada penggung, abdomen, paha atau
lengan. Sensasi nyeri dapat berkurang oleh jumlah yang bervariasi, tergantung
pada masing-masing individu.
2. Manfat
Teknik Massage
Teknik Massage
oleh petugas kesehatan dapat memberikan efek relaksasi yaitumembantu ibu
inpartu menjadi lebih rileks sehingga akan mengurangi perasaan cemas, takut,
tegan dan pada akhirnya dapat mengakibatkan nyeri berkurang, proses pembukaan
menjadi lancar dan potensi otot-otot rahim untuk menghasilkan tenaga mendorong
janin menuju jalan lahir meningkat (Danuatmaja, 2004). Teknik massage pada
abdomen biasanya digunakan dalam metode Lamaze untuk mengurangi nyeri pada
persalinan normal (Kennet, 1994).
3.
Mekanisme Kerja Dalam Menurunkan Nyeri Persalinan
Teknik Massage
oleh petugas kesehatan merupakan teknik pijatan dengan menggunakan
jari-jari telapak tangan dengan pola gerakan melingkar di beberapa bagian tubuh
atau usapan sepanjang punggung dan ekstremitas yang dilakukan menjelang
persalinan (Danuatmaja, 2004). Massage dapat mempengaruhi hipotalamus
dan pintu gerbang nyeri. Hipotalamus merangsang hipofise anterior untuk
menghasilkan endorphin yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan enak
(Danuatmaja, 2004). Usapan lembut pada abdomen mengakibatkan nyeri yang
ditransimisikan akan dihambat dengan cara menutup gerbang nyeri di sel
substansia gelatinosa sehingga mengakibatkan rangsangan pada sel T menjadi
lemah, korteks serebri tidak menerima pesan nyeri sehingga respon nyeri menurun
(Rosemary, 2003). Pola massage :
a.
Menggunakan dua tangan
Teknik ini
dilakukan oleh ibu inpartu sendiri. Dengan kedua telapak jari-jari tangan
lakukan usapan ringan, tegas dan konstan dengan pola gerakan melingkari
abdomen, dimulai dari abdomen bagian bawah di atas simpisis pubis, arahkan ke
samping perut, terus ke fundus uteri kemudian turun ke umbilikus dan kembali ke
perut bagian bawah di atas simpisis pubis. Bentuk pola gerakannya seperti
kupu-kupu (Bobak et.al, 2000).
b.
Menggunakan satu tangan
Teknik ini
bisa dilakukan oleh orang lain (suami, keluarga atau petugas kesehatan), Dengan
menggunakan ujung-ujung jari tangan lakukan usapan ringan, tegas, konstan dan
lambat dengan membentuk pola gerakan seperi angka ”8” di atas abdomen (Bobak et.al,
2000).
Teknik
massage lainnya yang bisa digunakan :
a.
Melakukan usapan dengan menggunakan seluruh telapak tangan pada lengan atau
kaki dengan lembut.
b.
Melakukan massage pada wajah dan dagu dengan lembut.
c.
Selama kontraksi berlangsung, lakukan usapan ringan pada bahu dan punggung.
d. Melalui
gerakan membentuk pola dua lingkaran dipaha ibu bila tidak dapat dilakukan di
abdomen.
METODE
PENELITIAN
Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi experiment design (eksperimen
semu) dengan menggunakan pendekatan Pretest-Postest Design yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu dan hubungan antara sesuatu
dengan suatu lainnya dari suatu peristiwa yang terjadi karena hasil tindakan
(intervensi penelitian). (Notoatmodjo, 2005).
Desain ini
merupakan subjek yang sama, diukur sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.
Dari desain ini efek dari suatu perlakuan terhadap variabel dependen akan diuji
dengan cara membandingkan keadaan variabel dependen sebelum perlakuan dan
sesudah dikenai perlakuan. (Notoatmodjo,2005)
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu inpartu kala I fase aktif yang bersalin
di Bidan Noor Laila Banyuputih Kalinyamatan Jepara pada bulan Febuari-April
2011 sebanyak 32 pasien. Sampel disini ditentukan oleh peneliti yaitu ibu
bersalin fase aktif kala 1 yang ada di Bidan Noor Laila Banyuputih Kalinyamatan
Jepara sejumlah 32 pasien.
Alat yang
digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi.
Data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder
Sedangkan
analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat dan bivariat,
untuk analisa univariat menggunakan sebaran distribusi frekuensi sedangkan
untuk analisa bivariat menggunakan Uji T-test.
HASIL
PENELITIAN
Analisis
Univariat
1. Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum diberi teknik Massage
Tabel 1.
Hasil Distribusi Responden Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Sebelum Diberi Teknik
Massage
_____________________________________________________________
Nyeri Kala I Fase Aktif Frekuensi Persentasi ( % )
_____________________________________________________________
Tidak nyeri 0 0,00
Nyeri ringan 6 18,75
Nyeri sedang 10 31,25
Nyeri berat 10 31,25
Nyeri sangat berat 6 18,75
_____________________________________________________________
Jumlah 32 100,00
_____________________________________________________________
Tabel
di atas menunjukan sebelum diberikan teknik massage diketahui bahwa ibu yang
mengalami nyeri kala I fase aktif sebagian besar nyeri sedang dan nyeri berat
yaitu 10 ( 31,25 % ) orang ibu inpartu kala I fase aktif.
2.
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sesudah diberikan teknik Massage
Tabel
2. Hasil Distribusi Responden Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Sesudah Diberikan
Teknik Massage
_____________________________________________________________
Nyeri Kala I Fase Aktif Frekuensi Persentasi ( % )
_____________________________________________________________
Tidak nyeri 6 18,75
Nyeri ringan 12 37,5
Nyeri sedang 5 15,625
Nyeri berat 5 15,625
Nyeri sangat berat 4 12,5
_____________________________________________________________
Jumlah 32 100,00
_____________________________________________________________
Tabel di atas menunjukkan nyeri kala I fase
aktif pada ibu inpartu kala I fase aktif sesudah diberikan teknik massage diketahui
bahwa sebagian besar ibu mengalami nyeri ringan pada kala I fase aktif
bertambahnya nyeri ringan pada ibu inpartu tersebut diketahui dikarenakan
setelah diberikan teknik massage jumlah ibu yang mengalami nyeri berat
dan nyeri sedang mengalami penurunan nyeri.
Analisis
Bivariat
Tabel
3. Skor Rasa Nyeri Ibu Bersalin Inpartu Kala I Fase Aktif
_____________________________________________________________
Massage
Rasa Nyeri Kala I Fase Aktif_____________________ P-value t-hitung
Sebelum Sesudah
_____________________________________________________________
Tidak nyeri 0 ( 0% ) 6 ( 18,75% ) 0,006 2,931
Nyeri ringan 6 ( 18,75% ) 12 ( 37,5% )
Nyeri sedang 10 ( 31,25% ) 5 ( 15,625% )
Nyeri berat 10 ( 31,25% ) 5 ( 15,625% )
Nyeri sangat berat 6 ( 18,75% ) 4 ( 12,5% )
_____________________________________________________________
Jumlah 32 ( 100% ) 32 ( 100% )
_____________________________________________________________
Berdasarkan
hasil uji t paired yaitu mengukur keadaan sebelum dilakukan massage dengan
sesudah dilakukan massage diketahui memiliki perubahan yang signifikan
(t hitung = 2,931 > t tabel = 2,042) dan Pvalue = 0,006 < =
0,05. Dengan demikian pemberian massage pada nyeri ibu bersalin inpartu
kala I aktif memiliki pengaruh yang nyata. Pengaruh ini membuktikan bahwa
pemberian massage pada nyeri ibu bersalin inpartu kala I fase aktif
dapat menurunkan tingkat nyeri pada kala 1 fase aktif.
PEMBAHASAN
Analisis
Univariat
1. Rasa
nyeri kala I fase aktif sebelum diberi teknik massage
Dimana
peneliti disini melakukan observasi pada ibu inpartu kala I fase aktif untuk
mengetahui seberapa nyeri yang dirasakan pada ibu bersalin kala I fase aktif.
Pada nyeri
persalinan kala I fase aktif dengan jumlah responden 32 orang yang belum
diberikan massage, tingkat nyeri yang dirasakan dominan pada nyeri
sedang terdapat 10 (31,25%) orang ibu bersalin dan nyeri berat juga terdapat 10
(31,25%) orang ibu bersalin. Sedangkan yang mengalami nyeri sangat berat ada 6
(18,75%) orang ibu bersalin dan ringan juga 6(18,75%) orang ibu bersalin.
Sebagian
besar nyeri yang dirasakan oleh ibu inpartu kala I fase aktif disini
dikarenakan terjadinya kontraksi yang semakin lama semakin sering dan
terjadinya pembukaan serviks yang semakin bertambah. Selain hal tersebut dalam
menghadapi persalinan ibu juga merasa cemas dan takut yang diliat dari mimik
wajah saat peneliti melakukan observasi. Perasaan cemas dan takut juga akan
mempengaruhi bertambahnya rasa nyeri pada persalinan kala I fase aktif.
2. Rasa
nyeri persalinan kala I fase aktif sesudah diberi teknik massage
Sesudah
diberikan massage, rasa nyeri persalinan kala I fase aktif yang
dirasakan ibu bersalin menjadi berkurang dari sebelum diberikan massage yang
mengalami nyeri sangat berat ada menjadi 4(12,5%) orang ibu bersalin, yang
mengalami nyeri berat menjadi 5 (15,625%) orang ibu bersalin, yang mengalami
nyeri sedang menjadi 5 (15,625%) orang ibu bersalin, yang mengalami nyeri
ringan ada 12 (37,5%) orang, dan yang mengalami tidak nyeri ada 6 (18,75%)
orang ibu bersalin.
Dengan
mengobservasi secara langsung yaitu memperhatikan ekspresi wajah ibu dan
bagaimana sikap ibu dalam merespon perasaan nyeri yang dirasakan pada kala I
fase aktif. Peneliti memberikan teknik massage pada ibu setelah itu
didapatkan hasil ibu yang awalnya mengalami nyeri berat menjadi berkurang. Hal
tersebut dikarenakan adanya pengaruh pemberian teknik massage pada ibu
inpartu kala I fase aktif. Yang mana dengan diberikan teknik massage dengan
cara memberikan rangsangan pada kulit abdomen dan punggung ibu inpartu kala I
fase aktif dengan melakukan usapan menggunakan telapak tangan dengan arah
gerakan melingkar selama ada kontraksi uterus (His) nyeri yang dirasakan ibu
menjadi berkurang.
Analisis
Bivariat
Dalam
penelitian ini terlihat statistik standar deviasi rasa nyeri persalinan antara
sebelum dan sesudah pemberian massage. Perbedaan ini di uji dengan uji t
berpasangan didapatkan nilai Pvalue = 0,006 < = 0,05
berarti ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dilakukan teknik massage
dan sesudah dilakukan teknik massage.
Dengan
diberikan teknik massage berarti ada penagaruh terhadap pengurangan
nyeri persalinan. Yang mana teknik massage dapat diberikan pada ibu
inpartu kala I fase aktif disaat ada kontraksi, dimana lama pemberian massage
dalam penelitian ini diberikan setiap 2 sampai 3 menit dan berlangsung
selama 50-60 detik. Dari pembukaan serviks 4 cm sampai pembukaan serviks 10cm. Disini peneliti
mengobservasi secara langsung setiap ada kontraksi dengan cara memberikan
teknik massage pada ibu inpartu kala I fase aktif.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
Penelitian diatas dapat disimpulkan :
1. Sebelum dilakukan massage sebagian besar rasa nyeri
yang dialami ibu bersalin kala I fase aktif adalah nyeri sedang dan berat yang
jumlahnya sama sebanyak 10 (31,25 %).
2. Setelah dilakukan massage sebagian besar rasa nyeri
yang dialami ibu bersalin kala I fase aktif adalah nyeri ringan yang berjumlah
sebanyak 12 (37,5 %).
3.
Ada perbedaan yang signifikan antara sebelum di massage dan sesudah di massage
terhadap rasa nyeri persalinan kala I fase aktif, dengan hasil uji p-value =
0,006 < = 0,05.
Saran
1.
Ibu bersalin
Pada
ibu bersalin diharapkan bisa menciptakan rasa nyaman serta mengurangi rasa
cemas dan rasa takut sehingga dapat mengurangi rasa nyeri persalinan
2.
Pada tenaga kesehatan
Pada
tenanga kesehatan harus memberikan asuhan sayang ibu bersalin, dan memberi
kesempatan pada keluarga atau orang-orang terdekat untuk menemani ibu bersalin.
3.
Bagi peneliti
Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan tehnik selain massage
yang dapat mempengaruhi pengurangan rasa nyeri persalinan kala I fase aktif
pada ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto
Suharsimi.(2006). Prosedur Fenelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Bobak
, L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Depkes
RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan.Depkes RI: Jakarta.
Henderson
Christine. (2006). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Notoatmojdo,
Soekidjo, 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT Rineka
Cipta.
Potter,
Perry (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta:
EGC.
Hlm 1502-1533
Mander,
Rosemary (2003).Nyeri Persalinan, Jakarta : EGC
Tamsuri,
A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Ismawarti
(2005). Melahirkan Lancar, Jakarta :EGC
Sugiono.
(2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Arifin,
L. (2008). Teknik Akupresur pada persalinan http : // Keperawatan
Danuatmaja,
B., dan Meiliasari, M. (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.
Jakarta : Puspa Swara
Gadysa,
G. (2009). Persepsi Ibu tentang metode massage
http://luluvikar.wordpress.com/
2009/08/26/persepsi-ibu-tentang-metode-massage. diperoleh tanggal 22 Januari
2011
Hidayat,
A., dan Hidayat, M. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
MC.
Kinney, et al. (2002). Maternal child nursing. Philadelphia : WB.
Saunders Co
Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo